

Sebagai seorang investor, Anda selalu mencari cara baru untuk memaksimalkan imbal hasil dan mendiversifikasi portofolio Anda. Salah satu taktik yang dapat membantu mencapai kedua tujuan tersebut adalah cross trade atau perdagangan silang yang melibatkan pembelian dan penjualan saham, indeks, atau sekuritas lain yang terkait secara bersamaan untuk memanfaatkan perbedaan harga sementara dan ketidakefisienan di pasar. Dengan mengeksekusi perdagangan ini dengan cepat, Anda bisa menghasilkan profit dari selisih harga beli dan jual. Namun, cross trade juga memiliki risiko seperti peningkatan volatilitas dan biaya transaksi. Untuk menentukan apakah cross trade tepat untuk strategi investasi Anda, Anda perlu memahami dengan tepat apa itu cross trade dan bagaimana cara kerjanya serta melihat beberapa contoh cara melakukan trading ini ini.
Apa Itu Cross dalam Trading? Definisi dan Gambaran Umum
Cross trade mengacu pada praktik trading sekuritas antara dua akun atau lebih untuk menguntungkan satu pihak, sering kali dengan mengorbankan pihak lain dengan melibatkan pembelian dan penjualan sekuritas yang sama hampir secara bersamaan antara akun terkait untuk memanipulasi harga.
Langkah-langkah cross trade dasar adalah sebagai berikut:
- Membeli sekuritas dalam satu akun untuk menaikkan harga.
- Menjual sekuritas yang sama dari akun lain yang terkait dengan harga yang dinaikkan untuk menghasilkan keuntungan.
Praktik tidak etis ini ilegal menurut hukum sekuritas karena dapat digunakan untuk menggelembungkan nilai sekuritas secara artifisial. Regulator mengawasi dengan ketat tanda-tanda cross trade.
Beberapa contoh cross trade meliputi:
- Manajer investasi membeli saham sekuritas dalam satu reksa dana yang mereka kelola dan menjual saham sekuritas yang sama dari reksa dana lain yang mereka kelola dengan harga yang lebih tinggi. Hal ini menguntungkan salah satu reksa dana dengan mengorbankan reksa dana lainnya.
- Pialang membeli saham saham mikro yang diperdagangkan secara tipis di akun nasabah untuk menaikkan harga. Pialang kemudian menjual saham dengan harga lebih tinggi dari akun mereka sendiri untuk mendapatkan keuntungan, sehingga merugikan nasabah.
Singkatnya, cross trade harus dihindari karena melanggar undang-undang yang melarang manipulasi pasar. Hal ini merugikan investor yang tidak bersalah dan merusak integritas pasar keuangan. Trading yang sah harus selalu bertujuan untuk transparansi dan penilaian yang adil atas sekuritas.
Cara Kerja Cross Trade: Penjelasan Mekanismenya
Untuk memahami cara kerja cross trade, mari kita mulai dengan sebuah contoh. Trader A ingin membeli 100 saham Perusahaan X, dan Trader B ingin menjual 100 saham Perusahaan X. Biasanya, trading ini akan dicocokkan di bursa dengan mitra pengimbang anonim.
Namun, dengan cross trade, broker Trader A dan Trader B, yang mengetahui kepentingan kedua belah pihak, akan mencocokkan pesanan trader secara langsung. Hal ini menguntungkan kedua trader dengan menghindari biaya pertukaran dan memastikan transaksi yang cepat dengan harga yang disepakati bersama.
Langkah-langkah yang Terlibat
- Trader A menginstruksikan pialang mereka untuk membeli 100 saham Perusahaan X. Trader B menginstruksikan pialang mereka untuk menjual 100 saham Perusahaan X.
- Pialang, yang mengetahui pesanan kedua klien, mencocokkan tawaran Trader A dengan permintaan Trader B. Mereka menegosiasikan harga dan persyaratan yang memuaskan kedua trader.
- Setelah Trader A dan Trader B mengonfirmasi, pialang memfasilitasi pertukaran saham untuk pembayaran antara kedua akun.
- Pialang mengumpulkan biaya untuk memfasilitasi transaksi. Meskipun lebih rendah daripada biaya pertukaran, cross trade masih memberikan pendapatan bagi broker.
- Trader A dan B mendapatkan pesanan mereka dengan harga yang dapat diterima tanpa harus melalui bursa.
Mengapa Mengejar Cross Trade?
Cross trade menguntungkan trader dan broker. Trader mendapatkan biaya yang lebih rendah dan transaksi yang lebih cepat dan lebih disesuaikan. Broker menghasilkan pendapatan dengan memfasilitasi perdagangan pribadi. Cross trade juga memberikan lebih banyak anonimitas dan kontrol atas harga bagi para trader.
Tentu saja, ada risiko seperti kurangnya transparansi yang harus dipertimbangkan oleh para pedagang. Namun, jika dieksekusi dengan baik, cross trading menawarkan alternatif yang efisien untuk bursa publik.
Mengapa Trader Menggunakan Strategi Cross Trade?
Cross trade memungkinkan trader untuk memaksimalkan keuntungan dengan mengambil keuntungan dari perbedaan harga dalam instrumen keuangan terkait. Ada beberapa alasan utama mengapa trader menggunakan strategi cross trading:
Peluang Arbitrase
Cross trade sering digunakan untuk memanfaatkan peluang arbitrase di pasar. Arbitrase mengacu pada pengambilan keuntungan dari perbedaan harga aset terkait. Trader dapat membeli aset yang dinilai terlalu rendah dan menjual aset yang dinilai terlalu tinggi untuk mengunci keuntungan bebas risiko. Contohnya, trader dapat membeli emas berjangka dan menjual saham ETF emas jika ada perbedaan harga antara kedua instrumen tersebut.
Risiko Lindung Nilai
Cross trade juga dapat menjadi alat lindung nilai yang efektif bagi para trader untuk mengurangi risiko. Dengan mengambil posisi saling mengimbangi di pasar terkait, trader dapat melakukan lindung nilai atas eksposur mereka. Contohnya, trader dengan ekuitas panjang dapat menjual indeks saham berjangka untuk melindungi nilai dari potensi kerugian di pasar saham. Keuntungan di satu posisi dapat mengimbangi kerugian di posisi lain.
Spekulasi
Beberapa strategi cross trade juga bersifat spekulatif. Trader mengandalkan kinerja relatif atau spread antara dua instrumen terkait dengan harapan menghasilkan profit. Contohnya, trader dapat membeli saham teknologi dan menjual pasar yang lebih luas jika mereka yakin sektor teknologi akan mengungguli. Pedagang berspekulasi pada spread antara dua pasar.
Leverage
Cross trade sering kali memungkinkan trader untuk mendapatkan eksposur ke pasar dengan lebih banyak leverage daripada dengan memperdagangkan aset yang mendasarinya saja. Penggunaan derivatif seperti futures dan opsi dapat memperbesar keuntungan dan kerugian. Trader perlu mengelola eksposur risiko mereka dengan hati-hati.
Singkatnya, cross trade adalah teknik trading yang berguna yang dapat memberikan peluang untuk arbitrase, lindung nilai, spekulasi, dan leverage. Namun, peningkatan kompleksitas juga membawa risiko yang lebih tinggi yang harus dipahami dan dikelola dengan baik oleh para trader. Dengan strategi dan manajemen risiko yang tepat, cross trade dapat menghasilkan keuntungan yang besar bagi para trader.
Contoh Pengaturan Cross Trade yang Umum
Cross trade adalah strategi trading yang digunakan oleh institusi dan trader profesional untuk mengeksploitasi perbedaan harga sementara antara instrumen keuangan atau pasar yang berkorelasi. Ada beberapa jenis pengaturan cross trade yang umum:
Persilangan mata uang adalah salah satu cross trade yang paling populer. Transaksi ini melibatkan pembelian dan penjualan mata uang yang berkorelasi, seperti EUR/USD dan GBP/USD. Trader menganalisis nilai relatif antara pasangan mata uang dan membeli mata uang yang relatif undervalued sambil menjual mata uang yang overvalued. Tujuannya adalah agar spread antara pasangan mata uang menyatu, dan pada saat itu trading keluar.
Spread antar pasar melibatkan instrumen trading dari pasar berbeda yang secara historis berkorelasi, seperti obligasi dan saham. Contohnya, trader bisa membeli obligasi Treasury dan menjual indeks saham S&P 500, bertaruh bahwa selisih imbal hasil akan mengecil. Trading ini sering dilakukan di sekitar peristiwa seperti pengumuman Federal Reserve yang dapat memengaruhi kedua pasar.
Trading nilai relatif mencari perbedaan harga antara instrumen terkait seperti saham dan opsi atau obligasi konversi. Trader membeli sekuritas yang dinilai terlalu rendah dan menjual sekuritas yang dinilai terlalu tinggi. Contohnya, trader dapat membeli saham dan menjual opsi beli pada saham tersebut, bertaruh bahwa opsi tersebut dinilai terlalu tinggi dibandingkan harga saham.
Arbitrase merger, juga dikenal sebagai “arbitrase risiko”, melibatkan pembelian dan penjualan saham perusahaan yang terlibat dalam merger atau akuisisi. Trader bertaruh bahwa selisih antara harga saham akan menyempit saat kesepakatan mendekati penyelesaian. Pengaturan yang paling umum adalah membeli saham perusahaan target dan menjual saham perusahaan pengakuisisi. Trading keluar setelah kesepakatan selesai dan spread antara saham menyatu.
Cross trade membutuhkan pengetahuan yang luas mengenai sekuritas yang terlibat serta pendekatan metodis. Namun, jika berhasil diimplementasikan oleh trader terampil, cross trade dapat menjadi strategi yang menguntungkan untuk mengeksploitasi ketidakefisienan pasar dan dislokasi harga sementara di antara instrumen-instrumen yang berkorelasi.
Golden Cross: Indikator Trading Populer
Apa yang dimaksud dengan golden cross dalam trading? Ini adalah indikator teknikal populer yang digunakan dalam trading. Indikator ini terjadi ketika moving average jangka pendek melintasi di atas moving average jangka panjang. Biasanya, rata-rata pergerakan 50 hari dan 200 hari digunakan untuk mengidentifikasi golden cross. Ketika moving average 50 hari melintasi di atas moving average 200 hari, ini menandakan penembusan dan potensi reli jangka panjang.
Bagaimana Golden Cross Bekerja
Golden cross adalah sinyal bullish bahwa tren saham atau indeks telah berubah menjadi positif. Ini mengindikasikan moving average jangka pendek telah melintas di atas moving average jangka panjang, yang mengonfirmasi bahwa tren naik mungkin telah dimulai. Trader akan sering mencari golden cross untuk memicu posisi beli baru pada suatu saham, karena meyakini bahwa ini menandakan momentum telah bergeser ke atas.
Kebalikan dari golden cross adalah “death cross”, yaitu ketika moving average jangka pendek melintas di bawah moving average jangka panjang. Ini dilihat sebagai sinyal bearish, yang mengindikasikan potensi penurunan harga.
Agar golden cross menjadi sinyal yang valid, sebaiknya kedua moving average sedang dalam tren lebih tinggi pada saat terjadi persilangan. Semakin curam moving average, semakin bullish sinyalnya. Selain itu, perhatikan volume trading yang tinggi untuk mengonfirmasi penembusan. Sebuah golden cross yang disertai dengan volume yang besar menunjukkan keyakinan yang lebih besar di balik pergerakan tersebut.
Contoh
Golden cross sering digunakan oleh analis teknikal dan cross trader untuk menentukan titik masuk atau keluar di pasar saham, komoditas, obligasi, dan indeks. Contohnya, ketika moving average S&P 500 50 hari melintasi di atas moving average 200 hari, ini menandakan potensi kenaikan besar di pasar saham secara keseluruhan. Demikian pula, golden cross pada saham Apple dapat mendorong trader untuk membeli saham untuk mengantisipasi reli yang cukup besar.
Golden cross dapat menjadi alat yang efektif untuk cross trade jika digunakan bersama dengan indikator teknikal lainnya seperti garis tren, level support, dan volume trading. Namun, seperti halnya indikator lainnya, indikator ini tidak boleh digunakan secara terpisah. Golden cross paling baik digunakan untuk mengonfirmasi tren naik yang sudah mapan dengan potensi kenaikan lebih lanjut.
Kesimpulan
Seperti yang telah Anda pelajari, perdagangan silang adalah strategi trading yang kompleks yang dapat berisiko tetapi juga berpotensi menguntungkan. Dengan mengeksekusi order beli dan jual untuk klien yang berbeda di sisi berlawanan dari trading yang sama, broker dapat mencocokkan pembeli dan penjual secara efisien sekaligus menghasilkan komisi di kedua sisi transaksi. Meskipun para kritikus berpendapat bahwa hal ini dapat menimbulkan konflik kepentingan, para pendukungnya berpendapat bahwa cross trade menyediakan likuiditas dan peningkatan harga. Jika Anda mempertimbangkan cross trade untuk portofolio Anda, lakukan uji tuntas menyeluruh terhadap broker dan pahami semua biaya yang terlibat. Dengan broker dan strategi yang tepat, cross trade dapat menjadi alat yang berguna untuk mencapai tujuan trading Anda. Kuncinya adalah memahami sepenuhnya cara kerjanya dan motivasi semua pihak yang terlibat.